Kamis, 22 Januari 2009

Hasan Al-Banna


Kelahiran dan masa kecil

Hasan al Banna dilahirkan didesa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir tahun1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad al Banna adalah seorang ulama ahli fiqh dan hadist. Sejak usia 12 tahun, Hasan al Banna sudah dapat menghafal separuh isi Al Qur’an.
Sang ayah selalu memotivasinya agar menyempurnakan hafalannya. Semenjak itu Hasan mendisiplinkan kegiatannya. Siang hari dipergunakan untuk belajar disekolah. Kemudian belajar memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Pada sore hingga menjelang tidur digunakan untuk mengulang pelajaran sekolah. Sedangkan membaca dan mengulang – ulang hafalan Al Qur’an ia lakukan selesai shalat subuh.
Tak heran jika Hasan al Banna mencetak prestasi dikemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Qur’an. Hasan al Banna lulus dari sekolah dengan predikat terbaik dan nomor lima terbaik diseluruh mesir. Pada usia 16 tahun ia telah menjadi mahasiswa diperguruan tinggi Darul Ulum. Hasan al Banna bukan hanya berprestasi dalam bidang akademik namun juga berbakat sebagai leadership yang cemerlang.
Saat masih remaja Syaikh Abdul Wahab Jandrawy, Syaikh Al-Azhar University yang mempunyai pengaruh hubungan yang akrab dengan berbagai pihak. Namun Syaikh tersebut tidak mempunyai ruh jihad membela rakyat dari kezaliman Raja Farouk dan penjajah inggris. Syaikh Jandrawy adalah Seorang pemimpin Sufi. Setiap malam berzikir dan bersalawat dengan nyanyian – nyanyian khusus ahli thariqat. Akhirnya Hasan al Banna mampu menyadarkannya untuk peduli terhadap apa yang menimpa ummat islam.

Kedewasaannya
Selama masa mudanya Hasan al Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa disekolahnya bahkan pada waktu masih berada dijenjang pendidikan I’dadiyah ( SMP ), beliau telah mampu menyelesaikan berbagai masalah secara dewasa
Kisahnya : Suatu siang, usai belajar disekolah, sejumlah siswa berjalan melewati mushala kampung. Hasan berada diantara mereka. Tatkala mereka berada disamping mushala, maka adzan pun berkumandang. Saat itu, mereka segera menyerbu kolam air tempat berwudu. Namun tiba – tiba saja datang sang imam dan mengusir mereka yang masih dianggap kanak-kanak itu. Rupanya ia khawatir mereka menghabiskan jatah air wudhu. Sebagian dari mereka berlarian menyingkir karena bentakan sang imam, sebagian kecil bertahan disana. Melihat peristiwa tersebut, al Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan 1 ayat Al Qur’an , “ dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya.” (QS. Al An’am:52 )

Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa’id, imam mushala yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati sang imam tersentuh, hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap “rombongan anak-anak kecil” tersebut.sementara para murud sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu setiap mereka selesai shalat. Bahkan para murid itu berinisiatif mengumpulkan dana untuk membeli karpet mushala.
Pada usia 21 tahun, Hasan Al Banna menamatkan studinya di darul ‘Ulum Isma’iliyah. Hasan Al Banna sangat prihatin melihat inggris memperbudak bangsanya. Saat itu adalah masa dimana umat islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah ( di Turki ), sebagai pengayom umat islam diseluruh dunia runtuh. Umat islam mengalami kebingungan. Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia islam dengan seenaknya. Bahkan di turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus ajaran islam. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara. Demikianlah keadaan dunia islam ketika Hasan Al Banna berusia muda. Satu diantara penyebab kemunduran umat islam adalah bahwa umat ini jahil (bodoh) terhadap ajaran islam.
Itulah sebagian kecil kisah Hasan Al Banna diusia mudanya sebagai pemuda panji islam. Dakwah beliau bersifat internasional. Bahkan sesaat setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya, Hasan Al Banna segera menyatakan dukungannya. Beliau kontak dengan tokoh-tokoh ulama Indonesia. Tercatat M. Natsir pernah berpidato didepan rapat Ikhwanul Muslimin. Secara umum Hasan Al Banna merupakan seorang pejuang yang gigih dan berani, menyadarkan masyarakat dengan fikrah dan pendekatan barunya dalam gerakan dakwah dan manhaj tarbiahnya yang syumul. Walaupun beliau telah pergi menemui ilahi, namun fiikiran dan gerk kerjanya masih tetap menjadi rujukan. Menjadi inspirasi dan pegangan para pejuang dan harakah Islamiyah hari ini.
Akhirnya, Hasan Al Banna dan gerakan Ikhwanul Muslimin tercatat dalam tinta sejarah. Ia menjadi ikon pergerakan. Semangatnya tak pernah pupus dalam dada kaum muslimin. Namanya masuk deretan panjang para mujahidin. Sejarah menjadi saksi akan perjuangan dan pengorbanan Hasan Al Banna.

Sebenarnya masih banyak kisah yang akan saya tulis seperti kisahnya saat mendirikan Ikhwanul Mislimin, Gerakan beliau di Ikhwanul Muslimin, Pembubaran Ikhwanu Muslimin, Kematian Hasan Al Banna, Pengurusan jenazah Beliau, dll. Namun kebersamaan kita hanya bis sampai disini, lain waktu saya akan mencoba lagi memperjelas kisahnya, insyallah…









Ukh..DR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar